Forki

Forki
Karateka

Selasa, 05 Agustus 2014

“mukhlisin lahuddiin”

Setelah hampir selesai romadhon kita lalui, lantas apa yang akan kita lakukan selanjutnya ?
Kita akan bertakbir di hari raya idul fitri nanti, salah satu yang kita teriakkan adalah “mukhlisin lahuddiin” dengan memurnikan ketaatan.
Artinya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Pertanyaannya : bagaimana yang dimaksud memurnikan ?
Awas jangan sampai kita cuma ikut-ikutan teriak-teriak tanpa bukti nyata, karena Allah berfiirman dalam surat As Shof surat 61 ayat 2 dan 3 : “Hai orang-orang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat? Sungguh besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.
Memurnikan artinya tidak mencampur adukan dalam menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan Allah dengan cara selain cara Allah.
Ada dimana perintah Allah ?
“Hudallinnas wa bayinat minal huda wal furqon”. Ada di Al Qur’an. Al Qur’an itu berisi petunjuk bagi manusia, dan penjelasan atas petunjuk-petunjuk itu, pembeda antara yang haq dan yang bathil.
Petunjuk itu hanya bisa bermanfaat manakala tidak sekedar dibaca-baca belaka.
Dalam surat Yassin, surat 36 ayat 69 Allah berfirman : “Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad), dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan”.
Al Qur’an-lah yang harus kita murnikan pelaksanaannya. Artinya bukan sekedar dibaca-baca tapi dijalankan. Dan Allah memerintahkan kepada kita untuk memurnikannya sebagaimana firman-Nya dalam surat Az Zumar surat 39 ayat 11 “Katakanlah : Sesungguhnya kau diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama”.
Ayat 2 nya juga kurang lebih sama maksudnya.
Jadi Allah menurunkan Al Qur’an untuk dilaksanakan dengan tanpa mencampur adukkannya dengan cara-cara manusia. Allah memerintahkan kita untuk melaksanakan isi Al Qur’an sesuai dengan aturanNya.
Lantas bagaimana tatacara kita melaksanakan Al Qur’an ?
“Huwalladzi arsala rosulahu bil huda wa dinil haq. Liyuzzhirohu Aladdin kullihi walau karihal musyrikun”  Surat As Shof  surat 61 ayat 9.
Dia-lah yang mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.
Laqod kana lakum fi rosulillah uswatun hasanah.
Jadi Allah menurunkan perintahnya dan Allah memberikan sosok satu manusia sebagai pedoman pelaksanaan di lapangan.
Caranya ada di Rosululloh. La Nabia ba’da.
Kutinggalkan dua perkara yang apabila kamu berpegang teguh keduanya maka kamu akan selamat, Al Qur’an dan sunnahku.
Sunnahku artinya tatacara yang Allah tunjukkan kepadaku dalam rangka menegakkan nilai-nilai Al Qur’an.
Jadi dalam menjalankan Al Qur’an, kajilah bagaimana Rosululloh menegakkan Al Qur’an. Jangan mengada-ada atau megikuti kebanyakan orang.
Tapi hanya mengikuti cara-cara Rosululloh SAW.
Bagaimana dengan kita?
Masihkan sebatas ikut-ikutan ?
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya. Surat Al Isroo’ surat 17 ayat 36.
Mari kita kaji Al Qur’an, mari kita kaji cara-cara Rosululloh menegakkan nilai-nilai Al Qur’an dan mari kita amalkan sesuai dengan kemauan Allah SWT.

Sabtu, 14 Juni 2014

Terpilihnya Nama Wadah Orang Tua Siswa Ekskul Karate Putradarma



Pada hari Minggu, 18 Mei 2014 ketua Persatuan orang tua siswa ekskul karate mengajak beberapa orang tua untuk sama-sama sarapan nasi uduk di rumahnya di Gria Asri I. Hadir pada kesempatan itu ayah dan mama Rama serta anak-anaknya, ayah dan mama Dewa serta anak-anaknya, ayah Bagas serta adiknya Bagas, Senpai Ria, Senpai Handy dan Senpai Hany.





Pada kesempatan itu dibahas tentang nama dari "organisasi" yang telah dipilih ketuanya pada saat silaturahmi di kampus Putradarma beberapa waktu yang lalu. Setelah melalui beberapa usulan dan pembahasan akhirnya terpilih dan disepakati nama wadah orang tua dari siswa peserta ekskul karate Putradarma adalah "Ikatan Keluarga Karate Putradarma" yang disingkat menjadi IK2PD.

Lambang atau logo dari IK2PD tidak sempat dibahas pagi itu, namun melalui media sosial WA beberapa waktu kemudian disetujui sebuah logo untuk wadah IK2PD (dilaporkan kemudian).

Di pagi yang cerah itu juga dirancang acara diskusi tentang kekerasan sexual terhadap anak yang materinya akan disampaikan oleh  Ibu Dra. Imiarti Fuad, MH. yang menjabat sebagai Kepala Bidang Data dan Analisis Lebijakan Perlindungan Korban Perdagangan Orang, Kedeputian Perlindungan Perempuan, Kemntrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kebetulan ketika dihubungi pagi itu, Beliau langsung menyetujui permohonan untuk mengisi acara pada hari Minggu, 8 Juni 2014 di Kampus Putradarma Islamic School.

Bunda Yuni yang coba dihubungi pagi itu juga merespon baik rencana IK2PD tersebut. Secara lisan kita sudah memperoleh izin prinsip penyelenggaraan acara diskusi dimaksud tinggal proses surat menyuratnya.

Yang hadir pagi itu juga membahas tentang pendirian kios sebagai unit usaha serta beberapa rencana kegiatan kedepannya. 

Sambil berjalan kegiatan ngobrol-ngobrol pagi itu diselingi dengan nonton bersama hasil rekaman pertandingan di Gedung Oso beberapa waktu yang lalu.



Rabu, 28 Mei 2014

Ternyata Gue Juga Koruptor



Korupsi ?
Gue nggak tau secara pasti apa arti korupsi dalam kamus bahasa Indonesia yang baku, dan gue nggak punya niatan untuk ngebuka kamus tersebut buat nyari arti pastinya.

Gue artiin aja secara bodoh-bodohan kalo yang namanya korupsi itu adalah mengambil hak orang lain, yang bukan menjadi haknya, untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Berita tentang pemberantasan korupsi di negara kita ini emang lagi gencar-gencarnya di media massa. Apalagi menjelang pemilu presiden 2014, upaya ngeberantas korupsi dijadiin komoditi jual diri. Padahal itu udah jadi tugasnya. Siapapun orangnya kalo udah duduk di posisi itu maka udah jadi kewajiban dia untuk ngeberantas kejahatan itu.

Orang-orang teriak korupsi-korupsi. Yang diteriakin adalah pejabat-pejabat yang nyalahgunain jabatannya untuk ngeruk keuntungan. Seolah-olah yang korupsi itu adalah ‘hanya pejabat’. Dan obyek korupsi ‘hanyalah uang”. Emang gitu ?

Kita balik lagi ke definisi bodoh-bodohan di atas. Korupsi adalah mengambil hak orang lain, yang bukan menjadi haknya, untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Nggak mungkinkah kita yang nota bene bukan pejabat ngelakuin korupsi ?
Atau kita malu ngakuin kalo sebenarnya kita juga seorang koruptor ?
(Gue bukan mau ngajak kita untuk ngebahas korupsi waktu, terlalu umum dan sering dibahas).
Ayo kita liat perilaku kita.
Ini cuman contoh kasus yang mau gue angkat, nanti kita bisa kembangin sendiri.

Dulu, waktu kendaraan bermotor belum sebanyak sekarang, sumber kemacetan cuma bajaj ama becak. Kendaran umum roda tiga yang kalo mau berhenti dan belok seenaknya sendiri. Sampe-sampe ada ungkapan ‘cuma Tuhan dan supirnya sendiri yang tau kapan dia mau belok atau berhenti’.
Seiring berjalannya waktu, kendaraan bermotor bertambah banyak. Mobil pribadi bukan aja sedan mewah, mobil ‘biasa-biasa saja’ juga bersliweran di jalan raya.
Apa yang mereka lakuin waktu di jalan raya ?
Supir mobil pribadi ini seringkali ngambil hak orang lain yang bukan  haknya.
Di jalan tol banyak banget supir yang ngambil jalur darurat. Haknya kah ?
Setahu gue jalur darurat cuma untuk hal-hal yang bersifat emergency. Apaan tuh ? Gue anggap kita semua udah ngerti maksudnya emergency itu. Tapi yang sering kita lakuin adalah emergency diterjemahin sendiri-sendiri sehingga mobil kitapun bisa masuk di dalam kategori emergency itu. Gue kan lagi buru-buru. Gue kan….dsb. Padahal siapa yang boleh ngartiin emergency tersebut? Tentu si pembuat jalan/jalur itu kan ? Emergency itu cuma bisa untuk polisi, ambulan, pemadam kebakaran dsb. Bukan untuk urusan terlambat ke kantor (berarti kita lagi ngambil hak orang lain untuk kepentingan pribadi). Nanti kalo lagi ngindarin mobil lain yang lagi mogok di jalur darurat, dia ngambil kanan, bikin yang lurus terpaksa harus berhenti atau ngurangin kecepatan. Akhirnya macet deh.

Belum lagi kalo kita liat di pintu-pintu keluar tol yang padet, seperti di Bekasi Barat atau Bekasi Timur. Udah pula dibuat jalur pemisah, mobil-mobil iseng masih coba motong dari sebelah kanan untuk masuk ke lajur khusus keluar. Udah gitu ada lagi yang motong dari kanannya lagi. Ehhh masih ada lagi yang motong lagi dari kanannya lagi….Akibatnya kemacetan terjadi sebab mereka ngalangin mobil lain yang mau lurus. Bukankah itu juga berarti lagi ngambil hak orang lain? Orang lain yang juga pengin lancar di jalan sehingga punya banyak waktu untuk ngumpul sama keluarganya di rumah, ternyata haknya itu diambil secara paksa oleh ulah kita-kita juga yang pengin cepat keluar duluan. Dan sebagainya dan sebagainya. (gue juga nyupir mobil pribadi).

Terus gimana dengan “kelas yang lebih bawah” lagi ? Sepeda motor misalnya.
Ternyata lebih parah.
Pantes aja kalo negara kita dibilang negara terkorup di dunia. Gue setuju banget.
Karena ternyata penyumbang kemacetan paling besar sekarang ini (pengamatan gue cuma jabodetabek lo ya…) adalah pengendara motor ini. Mereka adalah koruptor-koruptor dijalanan. Hih serem….. Gimana nggak ?
Lokasi khusus yang bakal pejalan kaki aja dirampas dengan seenaknya. Ini kan ngambil hak orang lain bakal kepentingan pribadi.
Belum lagi yang ngelawan arah. Bahaya emang, tapi karena emang senang korupsi ya akhirnya mereka lakuin juga demi kesenangan pribadi.
Dijalan-jalan yang nggak ada pembatasnya kalo terjadi sedikit aja hambatan, misalnya ada mobil yang mau belok, maka motor-motor ini langsung ngambil kanan, ngambil kanan, ngambil kanan terus nutupin jalan kendaran yang berlawanan arah. Taunya di arah sebaliknya juga gitu, jadilah sebuah kemacetan yang luar biasa. Masa bodoh yang penting gue bisa di posisi paling depan jadi gue bisa lewat duluan. Uh…serem ya……

Ada lagi motor yang mau belok kanan di sebuah jalan yang lurus. Simpangan masih sekian ratus meter di depan tapi dia udah ngambil kanan duluan dengan posisi ngelawan arah. Padahal ya itu tadi, belokannya aja masih beratus-ratus meter di depan. Inikan juga ngambil hak orang lain yang ngebutuhin kenyamanan dan keamanan di jalan raya ? Dan sebagainya dan sebagainya (gue juga seorang biker).

Korupsikah gue ?
Lantas kenapa kita senang ngelakuin korupsi ?
Sebab ternyata korupsi itu enak..
Buktinya kita bisa berada di barisan paling depan dan bisa lolos duluan dari kemacetan. Tanya aja sama para koruptor !!
Kasian anak sekolah. Haknya untuk berangkat siangan dikit diambil karena koruptor dijalanan.

Nah, siapkah kita berantas korupsi ?
Ayo kita mulai dari diri kita sendiri terutama dijalanan, jangan cuma mau duluan doang. Tapi pikirin juga kalo begini gue korupsi nggak ya ?
Bukan cuma pejabat doang yang korupsi, taunya rakyat jelata juga banyak yang korupsi.
Yuk introspeksi diri sendiri….!!!! (QS. 59:18)

Minggu, 25 Mei 2014

Cuma Yang Enak Yang Aku Mau



Yang paling tidak enak adalah mendapatkan sesuatu yang tidak kita inginkan dan tidak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.
Pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri, apa yang saya inginkan ?
Apakah semua yang ada kita inginkan ? Atau hanya sebagian yang menurut kita enak saja yang kita inginkan ?
Bukan suatu hal yang aneh kalau kita tidak mau mendapatkan apa yang tidak kita inginkan.

Anakku baru saja sakit. Cukup membuat aku dan istriku gelisah. Suhu badannya cukup tinggi. Demam. Tidurnya gelisah. Dia mengeluh sakit perutnya. Pusing kepalanya. Dia baru berusia 3 menjelang 4 tahun. Sudah kami beri dia obat penurun panas, yang rasa anggur, dia suka sekali.
Setelah diberi obat, suhu badannya sedikit turun, kadangkala menjadi normal kembali. Setelah itu panas lagi.

Setelah dua hari tidak kunjung sembuh, kami bawa dia ke dokter di sebuah rumah sakit. Dokter memeriksanya dan menganjurkan untuk test darah. Hasilnya ternyata tidak mengkhawatirkan. Hanya memang amandelnya terlihat merah, radang. Dokter memberinya obat beberapa macam. Ada antibiotik berbentuk puyer, obat batuk dan obat penurun panas.

Sesampainya di rumah aku berikan obat tersebut satu persatu. Pertama puyernya lalu obat batuk dan obat penurun panas. Ketika puyer masuk kedalam mulutnya terlihat anakku mengernyitkan hidungnya. “Paiittt…” katanya. Aku minumkan dia obat batuk dan penurun panas. Dia senang bahkan minta lagi tapi tidak aku berikan karena memang takarannya sudah cukup.

Pada saat memasuki masa berikutnya untuk minum obat, dia coba menawar “Ayah, aku nggak mau minum puyer…pait…”. Dengan berbagai cara dia berusaha menolak obat tersebut. Namun dengan berbagai macam cara pula aku membujuknya untuk tetap minum obat tersebut.
Ternyata pahit itu tidak enak.

Adalah suatu hal yang alami manakala kita dihadapkan dengan sesuatu yang menurut kita tidak enak maka kita akan menolaknya. Selalu ada saja penolakan dari kita atas hal tersebut. Kalaupun kita menerimanya, tentunya dengan sangat terpaksa. Akan kita lihat betapa kita bereaksi menolak seperti mengernyitkan hidung. Menutup mulut rapat-rapat. Mengunyah dengan enggan. Menggoyang-goyangkan tubuh. Lari menghindar. Menutupnya dengan sesuatu yang enak. Dan sebagainya.

Sebaliknya. Kita selalu memilih sesuatu yang enak menurut perasaan kita. Tanpa penolakan sedikitpun kita akan menerima hal tersebut. Bahkan untuk sesuatu yang baru, yang belum diketahui enak atau tidaknya, tapi kelihatannya enak (belum dirasakan), kita cenderung untuk tidak menolaknya. Bahkan ada rasa ingin mencoba.

Padahal coba kita lihat :
Enakkah obat yang pahit ? (Disana ada kesembuhan).
Enakkah kondisi sakit ? (Disana ada kesabaran).
Enakkah pengalaman pahit ? (Disana ada pelajaran).
Dan sebagainya.

Begitulah kondisi umum manusia. Lebih senang menggunakan perasaan hatinya untuk mengambil sesuatu sebagian-sebagian yang menurutnya enak. Sebagian lain yang tidak berkenan di hatinya cenderung akan ditinggalkannya.

Kalau satu manusia dengan manusia lainnya memiliki perasaan yang berbeda, maka sudah tentu apa yang mereka ambil akan saling berbeda satu dengan yang lainnya.

Katakanlah apabila ada huruf A sampai Z yang harus diambil oleh setiap manusia, yang satu hanya akan mengambil A dan meninggalkan huruf yang lain. Sedang manusia yang lainnya akan mengambil huruf K dan meninggalkan huruf lainnya. Dan seterus. Maka ketika manusia berkumpul  ada huruf-huruf yang tidak terpakai, ada huruf-huruf yang banyak penggunanya, ada huruf-huruf yang sedikit penggunanya. 

Padahal Alloh SWT menyediakan aturan dan ketentuan dari A sampai Z yang harus diambil seluruhnya, tapi karena memang manusia hanya menyukai yang enak menurutnya saja maka banyak aturan dan ketentuan Alloh SWT yang mereka tinggalkan.
Bukankah semua yang dari Alloh SWT adalah baik ? Lantas kenapa kita menolak yang sebagian dan hanya mengambil sebagian yang lain saja ? (QS. 15 : 90 – 91).

Manual Book



Suatu kali aku membeli sebuah sepeda motor keluaran terbaru. Bukan merk yang terkenal dan harga yang termahal memang, tapi cukuplah untuk kupergunakan berangkat ke kantor pulang-pergi setiap harinya.

Aku pergi ke dealer pagi hari, siang menjelang sore  hari sepeda motor sudah sampai di rumahku.

Mula-mula yang mengantarkan sepeda motor tersebut menanyakan kesesuaian dokumen jual-beli antara yang dipegangnya dengan yang ada padaku. Setelah selesai, aku diajaknya untuk memeriksa kondisi fisik kendaraan. Kami coba satu persatu setiap instrumen yang ada di sepeda motor tersebut. Aku tidak mau mendapatkan barang yang mengecewakan dan si pengantar tidak mau ada keluhan atas barang yang diantarnya. Setelah selesai semua aku diperlihatkan dua buah buku, yang pertama adalah buku garansi yang kedua buku petunjuk atau lebih dikenal dengan manual book.
Manual Book, sebuah buku yang berisi lengkap tentang tata cara penggunaan, perawatan, alamat dealer, alamat bengkel dan sebagainya yang menurutku cukup terinci dan jelas.

Sepeninggal si pengantar aku coba buka lagi manual book yang ada untuk lebih memastikan pengetahuanku tentang bagaimana sepeda motorku bekerja dan dapat terawat dengan baik dan benar sehingga tidak “rewel” dalam jangka panjang nantinya.
Aku coba ikuti semua petunjuknya dengan hati-hati dan tanpa mengabaikan sedikitpun perintah dan penjelasan yang tertera dalam manual book tersebut.

Anehnya ketika aku coba bandingkan manual book sepeda motorku dengan manual book sepeda motor tetanggaku yang merknya berbeda, ternyata ada beberapa perbedaan. Aku berpikir, mungkinkah aku menggunakan manual book sepeda motor lain untuk sepeda motorku ?
Atau bagaimana kalau petunjuk yang ada di manual book tersebut aku coba modofikasi sedikit tanpa mengurangi fungsinya ?
Apa yang akan terjadi ?

Bagaimana, misalnya, kalau knalpotnya aku ganti dengan yang agak lebih besar dari aslinya? Bagaimana kalau olinya aku ganti dengan yang lain ? Bagaimana kalau bahan bakarnya aku ganti dengan solar misalnya ?

Ternyata hasilnya menimbulkan banyak masalah.
Mesin tidak dapat dihidupkan, kalaupun bisa tidak selancar semestinya.
Suaranya jadi berisik dan kasar. Larinya jadi tidak stabil lagi. Mesin cepat panas. Dan sebagainya dan sebagainya.
Yang terakhir, bengkel resmi tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi. Paling mereka hanya membuat mesin bisa hidup dan motor bisa berjalan untuk dikendarai saja. Selepas itu silahkan kita ke bengkel bukan bengkel resmi. (tanpa mengurangi kualitas bengkel tidak resmi, bukan itu arahnya)

Manual book, suatu yang penting untuk dilaksanakan isinya apabila kita ingin barang yang kita beli dan pakai terawat dengan baik dan benar.

Namun bagaimana dengan kita / manusia ?

Kita, manusia, juga merupakan “barang produksi”. Kita diciptakan.

Kalau kita juga termasuk barang produksi, lantas mana manual book-nya ?

Mungkin kita tidak sadar bahwa Alloh SWT menciptakan manusia sudah berikut manual book-nya.
Hanya saja kita tidak pernah mau tahu apa itu manual book tersebut. Sehingga seringkali yang terjadi adalah manusia yang tidak sebagaimana yang diharapkan oleh Penciptanya. Manusia yang jauh dari tuntunan, Manusia yang mengada-ada dalam menjalankan kehidupannya. Manusia yang tidak punya pegangan dalam menjalani hidup ini.

Pernahkah kita coba membuka perlahan-lahan manual book manusia ? Lalu coba membacanya, kita pahami dan kita hayati satu persatu, kita dalami contohnya, kita ikuti langkah-langkahnya. Pernahkah ? Atau sudah terlalu lama kita tinggalkan manual book tersebut ? Atau sudah kita tinggalkan karena kita menganggap sudah hapal dengan segala isinya ? Atau kita sudah jenuh dengan segala macam aturan yang ada ? Sudah terlalu usang aturannya sehingga tidak sesuai lagi dengan jaman sekarang ? Atau bahkan kita memakai manual book yang lain ? Atau bahkan juga kita membuat manual book sendiri versi kita ?

Karena kita tidak menggunakan manual book yang semestinya, bagaimana kalau Alloh SWT, sebagai “bengkel resmi” manusia tidak menerima kita  dan hanya sekedar membuat kita bernapas saja ?

Seperti juga barang-barang yang kita beli, jangan tinggalkan manual book kita begitu saja. Manual book yang tidak akan pernah ketinggalan jaman. (QS. 2 : 2)

Sabtu, 10 Mei 2014

Tingkatan Sabuk Dalam KARATE



Sabuk putih. Sabuk putih (kyu 10) : melambangkan kemurnian dan kesucian. Kemurnian dan kesucian ini merupakan kondisi dasar dari pemula untuk menerima dan mengolah hasil latihan dari guru masing-masing. Artinya berkembang atau tidaknya karateka ini tergantung dari apa yang diberikan oleh senpai atau sensei mereka. Kemudian, setelah materi atau nilai karate telah disampaikan sesuai dengan apa yang seharusnya, selanjutnya tanggung jawab ada pada masing-masing individu.


Sabuk kuning (kyu 8). Tingkatan kedua ini melambangkan warna matahari yang diibaratkan bahwa karateka telah melihat “hari baru” dimana dia telah mampu memahami semangat karate, berkembang dalam karakter kepribadiannya dan juga teknik yang telah dipelajari. Sabuk kuning juga merupakan tahapan terakhir dari seorang “raw beginner” dan biasanya sudah mulai belajar tahapan-tahapan gerakan kumite bahkan ada juga yg mulai turun di suatu turnamen


Sabuk hijau (kyu 6). Sabuk ini merepresentasikan warna rumput dan pepohonan. Pemegang sabuk hijau ini sudah harus mampu memahami dan menggali lebih dalam lagi segala sesuatu yang berkaitan dengan karate seiring dengan bertumbuhnya semangat dan teknik gerakan yang sudah dikuasainya. Sifat dari warna hijau ini adalah pertumbuhan dan harmoni. Dengan demikian seorang karateka sabuk hijau diharapkan dalam proses pertumbuhannya mulai bisa memberikan harmoni dan keseimbangan bagi lingkungan.


Sabuk biru (kyu 4). Warna sabuk ini melambangkan samudera dan langit. Artinya karateka harus mempunyai semangat luas seperti angkasa dan sedalam samudera. Karateka harus sudah mampu memulai berani untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan semangat tinggi dan berfikir bahwa proses latihan adalah sesuatu yang menyenangkan dan bisa merasakan manfaat yang didapatkan. Karateka harus sudah bisa mengontrol emosi dan berdisiplin.


Sabuk coklat (kyu 3-1). Warna sabuk ini dilambangkan dengan tanah. Sifat warna ini adalah stabilitas dan bobot. Artinya seorang karateka pemegang sabuk coklat mulai dari tingkatan kyu 3 sampai 1 harus bisa memberikan kestabilan sikap, kemampuan yang lebih dari pemegang sabuk di bawahnya, dan juga sikap melindungi bagi junior-juniornya. Selain itu, sikap yang harus dimiliki adalah sikap menjejak bumi (down to earth) dan rendah hati pada sesama.



Sabuk hitam (dan). Warna hitam sendiri melambangkan keteguhan dan sikap kepercayaan diri yang didasari pada nilai kebaikan universal. Warna sabuk ini menjadi idaman bagi setiap karateka untuk mendapatkannya. Namun, di balik semua prestise sabuk hitam terdapat tanggung jawab besar dari karateka. Pada tahap ini, pemegang sabuk hitam mulai dari Dan 1 sampai selanjutnya sebenarnya baru memasuki tahap untuk mendalami karate yang lebih mendalam. Teknik maupun penguasaan makna hakiki dari kebaikan nilai karate sudah harus menjadi bagian dari karateka. (penggambaran Gichin Funakohsi).