Setelah hampir selesai romadhon kita lalui, lantas apa yang akan kita lakukan selanjutnya ?
Kita akan bertakbir di hari raya idul fitri nanti, salah satu yang kita teriakkan adalah “mukhlisin lahuddiin” dengan memurnikan ketaatan.
Artinya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Pertanyaannya : bagaimana yang dimaksud memurnikan ?
Awas jangan sampai kita cuma ikut-ikutan teriak-teriak tanpa bukti nyata, karena Allah berfiirman dalam surat As Shof surat 61 ayat 2 dan 3 : “Hai orang-orang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat? Sungguh besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.
Memurnikan artinya tidak mencampur adukan dalam menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan Allah dengan cara selain cara Allah.
Ada dimana perintah Allah ?
“Hudallinnas wa bayinat minal huda wal furqon”. Ada di Al Qur’an. Al Qur’an itu berisi petunjuk bagi manusia, dan penjelasan atas petunjuk-petunjuk itu, pembeda antara yang haq dan yang bathil.
Petunjuk itu hanya bisa bermanfaat manakala tidak sekedar dibaca-baca belaka.
Dalam surat Yassin, surat 36 ayat 69 Allah berfirman : “Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad), dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan”.
Al Qur’an-lah yang harus kita murnikan pelaksanaannya. Artinya bukan sekedar dibaca-baca tapi dijalankan. Dan Allah memerintahkan kepada kita untuk memurnikannya sebagaimana firman-Nya dalam surat Az Zumar surat 39 ayat 11 “Katakanlah : Sesungguhnya kau diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama”.
Ayat 2 nya juga kurang lebih sama maksudnya.
Jadi Allah menurunkan Al Qur’an untuk dilaksanakan dengan tanpa mencampur adukkannya dengan cara-cara manusia. Allah memerintahkan kita untuk melaksanakan isi Al Qur’an sesuai dengan aturanNya.
Lantas bagaimana tatacara kita melaksanakan Al Qur’an ?
“Huwalladzi arsala rosulahu bil huda wa dinil haq. Liyuzzhirohu Aladdin kullihi walau karihal musyrikun” Surat As Shof surat 61 ayat 9.
Dia-lah yang mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.
Laqod kana lakum fi rosulillah uswatun hasanah.
Jadi Allah menurunkan perintahnya dan Allah memberikan sosok satu manusia sebagai pedoman pelaksanaan di lapangan.
Caranya ada di Rosululloh. La Nabia ba’da.
Kutinggalkan dua perkara yang apabila kamu berpegang teguh keduanya maka kamu akan selamat, Al Qur’an dan sunnahku.
Sunnahku artinya tatacara yang Allah tunjukkan kepadaku dalam rangka menegakkan nilai-nilai Al Qur’an.
Jadi dalam menjalankan Al Qur’an, kajilah bagaimana Rosululloh menegakkan Al Qur’an. Jangan mengada-ada atau megikuti kebanyakan orang.
Tapi hanya mengikuti cara-cara Rosululloh SAW.
Bagaimana dengan kita?
Masihkan sebatas ikut-ikutan ?
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya. Surat Al Isroo’ surat 17 ayat 36.
Mari kita kaji Al Qur’an, mari kita kaji cara-cara Rosululloh menegakkan nilai-nilai Al Qur’an dan mari kita amalkan sesuai dengan kemauan Allah SWT.
Forki
Karateka
Selasa, 05 Agustus 2014
Sabtu, 14 Juni 2014
Terpilihnya Nama Wadah Orang Tua Siswa Ekskul Karate Putradarma
Pada hari Minggu, 18 Mei 2014 ketua Persatuan orang tua siswa ekskul karate mengajak beberapa orang tua untuk sama-sama sarapan nasi uduk di rumahnya di Gria Asri I. Hadir pada kesempatan itu ayah dan mama Rama serta anak-anaknya, ayah dan mama Dewa serta anak-anaknya, ayah Bagas serta adiknya Bagas, Senpai Ria, Senpai Handy dan Senpai Hany.
Pada kesempatan itu dibahas tentang nama dari "organisasi" yang telah dipilih ketuanya pada saat silaturahmi di kampus Putradarma beberapa waktu yang lalu. Setelah melalui beberapa usulan dan pembahasan akhirnya terpilih dan disepakati nama wadah orang tua dari siswa peserta ekskul karate Putradarma adalah "Ikatan Keluarga Karate Putradarma" yang disingkat menjadi IK2PD.
Lambang atau logo dari IK2PD tidak sempat dibahas pagi itu, namun melalui media sosial WA beberapa waktu kemudian disetujui sebuah logo untuk wadah IK2PD (dilaporkan kemudian).
Di pagi yang cerah itu juga dirancang acara diskusi tentang kekerasan sexual terhadap anak yang materinya akan disampaikan oleh Ibu Dra. Imiarti Fuad, MH. yang menjabat sebagai Kepala Bidang Data dan Analisis Lebijakan Perlindungan Korban Perdagangan Orang, Kedeputian Perlindungan Perempuan, Kemntrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kebetulan ketika dihubungi pagi itu, Beliau langsung menyetujui permohonan untuk mengisi acara pada hari Minggu, 8 Juni 2014 di Kampus Putradarma Islamic School.
Bunda Yuni yang coba dihubungi pagi itu juga merespon baik rencana IK2PD tersebut. Secara lisan kita sudah memperoleh izin prinsip penyelenggaraan acara diskusi dimaksud tinggal proses surat menyuratnya.
Yang hadir pagi itu juga membahas tentang pendirian kios sebagai unit usaha serta beberapa rencana kegiatan kedepannya.
Sambil berjalan kegiatan ngobrol-ngobrol pagi itu diselingi dengan nonton bersama hasil rekaman pertandingan di Gedung Oso beberapa waktu yang lalu.
Rabu, 28 Mei 2014
Ternyata Gue Juga Koruptor
Korupsi ?
Gue nggak tau secara pasti apa arti
korupsi dalam kamus bahasa Indonesia yang baku, dan gue nggak punya niatan
untuk ngebuka kamus tersebut buat nyari arti pastinya.
Gue artiin aja secara bodoh-bodohan
kalo yang namanya korupsi itu adalah mengambil hak orang lain, yang bukan
menjadi haknya, untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Berita tentang pemberantasan korupsi
di negara kita ini emang lagi gencar-gencarnya di media massa. Apalagi menjelang
pemilu presiden 2014, upaya ngeberantas korupsi dijadiin komoditi jual diri. Padahal itu
udah jadi tugasnya. Siapapun orangnya kalo udah duduk di posisi itu maka udah
jadi kewajiban dia untuk ngeberantas kejahatan itu.
Orang-orang teriak korupsi-korupsi. Yang
diteriakin adalah pejabat-pejabat yang nyalahgunain jabatannya untuk ngeruk
keuntungan. Seolah-olah yang korupsi itu adalah ‘hanya pejabat’. Dan obyek
korupsi ‘hanyalah uang”. Emang gitu ?
Kita balik lagi ke definisi
bodoh-bodohan di atas. Korupsi adalah mengambil hak orang lain, yang bukan
menjadi haknya, untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Nggak mungkinkah kita yang nota bene
bukan pejabat ngelakuin korupsi ?
Atau kita malu ngakuin kalo sebenarnya
kita juga seorang koruptor ?
(Gue bukan mau ngajak kita untuk
ngebahas korupsi waktu, terlalu umum dan sering dibahas).
Ayo kita liat perilaku kita.
Ini cuman contoh kasus yang mau gue
angkat, nanti kita bisa kembangin sendiri.
Dulu, waktu kendaraan bermotor belum
sebanyak sekarang, sumber kemacetan cuma bajaj ama becak. Kendaran umum roda
tiga yang kalo mau berhenti dan belok seenaknya sendiri. Sampe-sampe ada
ungkapan ‘cuma Tuhan dan supirnya sendiri yang tau kapan dia mau belok atau
berhenti’.
Seiring berjalannya waktu, kendaraan
bermotor bertambah banyak. Mobil pribadi bukan aja sedan mewah, mobil
‘biasa-biasa saja’ juga bersliweran di jalan raya.
Apa yang mereka lakuin waktu di jalan
raya ?
Supir mobil pribadi ini seringkali
ngambil hak orang lain yang bukan
haknya.
Di jalan tol banyak banget supir yang
ngambil jalur darurat. Haknya kah ?
Setahu gue jalur darurat cuma untuk
hal-hal yang bersifat emergency. Apaan tuh ? Gue anggap kita semua udah ngerti
maksudnya emergency itu. Tapi yang sering kita lakuin adalah emergency
diterjemahin sendiri-sendiri sehingga mobil kitapun bisa masuk di dalam
kategori emergency itu. Gue kan lagi buru-buru. Gue kan….dsb. Padahal siapa
yang boleh ngartiin emergency tersebut? Tentu si pembuat jalan/jalur itu kan ?
Emergency itu cuma bisa untuk polisi, ambulan, pemadam kebakaran dsb. Bukan
untuk urusan terlambat ke kantor (berarti kita lagi ngambil hak orang lain
untuk kepentingan pribadi). Nanti kalo lagi ngindarin mobil lain yang lagi
mogok di jalur darurat, dia ngambil kanan, bikin yang lurus terpaksa harus
berhenti atau ngurangin kecepatan. Akhirnya macet deh.
Belum lagi kalo kita liat di
pintu-pintu keluar tol yang padet, seperti di Bekasi Barat atau Bekasi Timur.
Udah pula dibuat jalur pemisah, mobil-mobil iseng masih coba motong dari
sebelah kanan untuk masuk ke lajur khusus keluar. Udah gitu ada lagi yang
motong dari kanannya lagi. Ehhh masih ada lagi yang motong lagi dari kanannya
lagi….Akibatnya kemacetan terjadi sebab mereka ngalangin mobil lain yang mau
lurus. Bukankah itu juga berarti lagi ngambil
hak orang lain? Orang lain yang juga pengin lancar di jalan sehingga punya
banyak waktu untuk ngumpul sama keluarganya di rumah, ternyata haknya itu
diambil secara paksa oleh ulah kita-kita juga yang pengin cepat keluar duluan.
Dan sebagainya dan sebagainya. (gue juga nyupir mobil pribadi).
Terus gimana dengan “kelas yang lebih
bawah” lagi ? Sepeda motor misalnya.
Ternyata lebih parah.
Pantes aja kalo negara kita dibilang
negara terkorup di dunia. Gue setuju banget.
Karena ternyata penyumbang kemacetan
paling besar sekarang ini (pengamatan gue cuma jabodetabek lo ya…) adalah
pengendara motor ini. Mereka adalah koruptor-koruptor dijalanan. Hih serem…..
Gimana nggak ?
Lokasi khusus yang bakal pejalan kaki
aja dirampas dengan seenaknya. Ini kan ngambil hak orang lain bakal kepentingan
pribadi.
Belum lagi yang ngelawan arah. Bahaya
emang, tapi karena emang senang korupsi ya akhirnya mereka lakuin juga demi
kesenangan pribadi.
Dijalan-jalan yang nggak ada
pembatasnya kalo terjadi sedikit aja hambatan, misalnya ada mobil yang mau
belok, maka motor-motor ini langsung ngambil kanan, ngambil kanan, ngambil
kanan terus nutupin jalan kendaran yang berlawanan arah. Taunya di arah
sebaliknya juga gitu, jadilah sebuah kemacetan yang luar biasa. Masa bodoh yang
penting gue bisa di posisi paling depan jadi gue bisa lewat duluan. Uh…serem
ya……
Ada lagi motor yang mau belok kanan di
sebuah jalan yang lurus. Simpangan masih sekian ratus meter di depan tapi dia
udah ngambil kanan duluan dengan posisi ngelawan arah. Padahal ya itu tadi,
belokannya aja masih beratus-ratus meter di depan. Inikan juga ngambil hak
orang lain yang ngebutuhin kenyamanan dan keamanan di jalan raya ? Dan
sebagainya dan sebagainya (gue juga seorang biker).
Korupsikah gue ?
Lantas kenapa kita senang ngelakuin
korupsi ?
Sebab ternyata korupsi itu enak..
Buktinya kita bisa berada di barisan
paling depan dan bisa lolos duluan dari kemacetan. Tanya aja sama para koruptor
!!
Kasian anak sekolah. Haknya untuk berangkat siangan dikit diambil karena koruptor
dijalanan.
Nah, siapkah kita berantas korupsi ?
Ayo kita mulai dari diri kita sendiri
terutama dijalanan, jangan cuma mau duluan doang. Tapi pikirin juga kalo begini
gue korupsi nggak ya ?
Bukan cuma pejabat doang yang korupsi,
taunya rakyat jelata juga banyak yang korupsi.
Yuk introspeksi diri sendiri….!!!!
(QS. 59:18)
Minggu, 25 Mei 2014
Cuma Yang Enak Yang Aku Mau
Yang paling
tidak enak adalah mendapatkan sesuatu yang tidak kita inginkan dan tidak
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.
Pernahkah kita
bertanya kepada diri sendiri, apa yang saya inginkan ?
Apakah semua
yang ada kita inginkan ? Atau hanya sebagian yang menurut kita enak saja yang
kita inginkan ?
Bukan suatu hal
yang aneh kalau kita tidak mau mendapatkan apa yang tidak kita inginkan.
Anakku baru saja
sakit. Cukup membuat aku dan istriku gelisah. Suhu badannya cukup tinggi.
Demam. Tidurnya gelisah. Dia mengeluh sakit perutnya. Pusing kepalanya. Dia
baru berusia 3 menjelang 4 tahun. Sudah kami beri dia obat penurun panas, yang
rasa anggur, dia suka sekali.
Setelah diberi
obat, suhu badannya sedikit turun, kadangkala menjadi normal kembali. Setelah
itu panas lagi.
Setelah dua hari
tidak kunjung sembuh, kami bawa dia ke dokter di sebuah rumah sakit. Dokter
memeriksanya dan menganjurkan untuk test darah. Hasilnya ternyata tidak
mengkhawatirkan. Hanya memang amandelnya terlihat merah, radang. Dokter
memberinya obat beberapa macam. Ada antibiotik berbentuk puyer, obat batuk dan
obat penurun panas.
Sesampainya di
rumah aku berikan obat tersebut satu persatu. Pertama puyernya lalu obat batuk
dan obat penurun panas. Ketika puyer masuk kedalam mulutnya terlihat anakku
mengernyitkan hidungnya. “Paiittt…” katanya. Aku minumkan dia obat batuk dan
penurun panas. Dia senang bahkan minta lagi tapi tidak aku berikan karena
memang takarannya sudah cukup.
Pada saat memasuki
masa berikutnya untuk minum obat, dia coba menawar “Ayah, aku nggak mau minum
puyer…pait…”. Dengan berbagai cara dia berusaha menolak obat tersebut. Namun
dengan berbagai macam cara pula aku membujuknya untuk tetap minum obat
tersebut.
Ternyata pahit itu
tidak enak.
Adalah suatu hal
yang alami manakala kita dihadapkan dengan sesuatu yang menurut kita tidak enak
maka kita akan menolaknya. Selalu ada saja penolakan dari kita atas hal
tersebut. Kalaupun kita menerimanya, tentunya dengan sangat terpaksa. Akan kita
lihat betapa kita bereaksi menolak seperti mengernyitkan hidung. Menutup mulut
rapat-rapat. Mengunyah dengan enggan. Menggoyang-goyangkan tubuh. Lari
menghindar. Menutupnya dengan sesuatu yang enak. Dan sebagainya.
Sebaliknya. Kita selalu memilih sesuatu yang enak menurut perasaan kita. Tanpa penolakan sedikitpun kita akan menerima hal tersebut. Bahkan untuk sesuatu yang baru, yang belum diketahui enak atau tidaknya, tapi kelihatannya enak (belum dirasakan), kita cenderung untuk tidak menolaknya. Bahkan ada rasa ingin mencoba.
Padahal coba
kita lihat :
Enakkah obat
yang pahit ? (Disana ada kesembuhan).
Enakkah kondisi
sakit ? (Disana ada kesabaran).
Enakkah
pengalaman pahit ? (Disana ada pelajaran).
Dan sebagainya.
Begitulah
kondisi umum manusia. Lebih senang menggunakan perasaan hatinya untuk mengambil
sesuatu sebagian-sebagian yang menurutnya enak. Sebagian lain yang tidak
berkenan di hatinya cenderung akan ditinggalkannya.
Kalau satu
manusia dengan manusia lainnya memiliki perasaan yang berbeda, maka sudah tentu
apa yang mereka ambil akan saling berbeda satu dengan yang lainnya.
Katakanlah
apabila ada huruf A sampai Z yang harus diambil oleh setiap manusia, yang satu
hanya akan mengambil A dan meninggalkan huruf yang lain. Sedang manusia yang
lainnya akan mengambil huruf K dan meninggalkan huruf lainnya. Dan seterus.
Maka ketika manusia berkumpul ada
huruf-huruf yang tidak terpakai, ada huruf-huruf yang banyak penggunanya, ada
huruf-huruf yang sedikit penggunanya.
Padahal Alloh
SWT menyediakan aturan dan ketentuan dari A sampai Z yang harus diambil
seluruhnya, tapi karena memang manusia hanya menyukai yang enak menurutnya saja
maka banyak aturan dan ketentuan Alloh SWT yang mereka tinggalkan.
Bukankah semua
yang dari Alloh SWT adalah baik ? Lantas kenapa kita menolak yang sebagian dan
hanya mengambil sebagian yang lain saja ? (QS. 15 : 90 – 91).
Manual Book
Suatu kali aku membeli sebuah sepeda
motor keluaran terbaru. Bukan merk yang terkenal dan harga yang termahal
memang, tapi cukuplah untuk kupergunakan berangkat ke kantor pulang-pergi
setiap harinya.
Aku pergi ke dealer pagi hari, siang
menjelang sore hari sepeda motor sudah
sampai di rumahku.
Mula-mula yang mengantarkan sepeda
motor tersebut menanyakan kesesuaian dokumen jual-beli antara yang dipegangnya
dengan yang ada padaku. Setelah selesai, aku diajaknya untuk memeriksa kondisi
fisik kendaraan. Kami coba satu persatu setiap instrumen yang ada di sepeda
motor tersebut. Aku tidak mau mendapatkan barang yang mengecewakan dan si
pengantar tidak mau ada keluhan atas barang yang diantarnya. Setelah selesai
semua aku diperlihatkan dua buah buku, yang pertama adalah buku garansi yang
kedua buku petunjuk atau lebih dikenal dengan manual book.
Manual Book, sebuah buku yang berisi
lengkap tentang tata cara penggunaan, perawatan, alamat dealer, alamat bengkel
dan sebagainya yang menurutku cukup terinci dan jelas.
Sepeninggal si pengantar aku coba buka
lagi manual book yang ada untuk lebih memastikan pengetahuanku tentang
bagaimana sepeda motorku bekerja dan dapat terawat dengan baik dan benar
sehingga tidak “rewel” dalam jangka panjang nantinya.
Aku coba ikuti semua petunjuknya
dengan hati-hati dan tanpa mengabaikan sedikitpun perintah dan penjelasan yang
tertera dalam manual book tersebut.
Anehnya ketika aku coba bandingkan
manual book sepeda motorku dengan manual book sepeda motor tetanggaku yang
merknya berbeda, ternyata ada beberapa perbedaan. Aku berpikir, mungkinkah aku
menggunakan manual book sepeda motor lain untuk sepeda motorku ?
Atau bagaimana kalau petunjuk yang ada
di manual book tersebut aku coba modofikasi sedikit tanpa mengurangi fungsinya
?
Apa yang akan terjadi ?
Bagaimana, misalnya, kalau knalpotnya
aku ganti dengan yang agak lebih besar dari aslinya? Bagaimana kalau olinya aku
ganti dengan yang lain ? Bagaimana kalau bahan bakarnya aku ganti dengan solar
misalnya ?
Ternyata hasilnya menimbulkan banyak
masalah.
Mesin tidak dapat dihidupkan, kalaupun
bisa tidak selancar semestinya.
Suaranya jadi berisik dan kasar.
Larinya jadi tidak stabil lagi. Mesin cepat panas. Dan sebagainya dan
sebagainya.
Yang terakhir, bengkel resmi tidak mau
bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi. Paling mereka hanya membuat
mesin bisa hidup dan motor bisa berjalan untuk dikendarai saja. Selepas itu
silahkan kita ke bengkel bukan bengkel resmi. (tanpa mengurangi kualitas
bengkel tidak resmi, bukan itu arahnya)
Manual book, suatu yang penting untuk
dilaksanakan isinya apabila kita ingin barang yang kita beli dan pakai terawat
dengan baik dan benar.
Namun bagaimana dengan kita / manusia
?
Kita, manusia, juga merupakan “barang
produksi”. Kita diciptakan.
Kalau kita juga termasuk barang
produksi, lantas mana manual book-nya ?
Mungkin kita tidak sadar bahwa Alloh
SWT menciptakan manusia sudah berikut manual book-nya.
Hanya saja kita tidak pernah mau tahu
apa itu manual book tersebut. Sehingga seringkali yang terjadi adalah manusia
yang tidak sebagaimana yang diharapkan oleh Penciptanya. Manusia yang jauh dari
tuntunan, Manusia yang mengada-ada dalam menjalankan kehidupannya. Manusia yang
tidak punya pegangan dalam menjalani hidup ini.
Pernahkah kita coba membuka perlahan-lahan
manual book manusia ? Lalu coba membacanya, kita pahami dan kita hayati satu
persatu, kita dalami contohnya, kita ikuti langkah-langkahnya. Pernahkah ? Atau
sudah terlalu lama kita tinggalkan manual book tersebut ? Atau sudah kita
tinggalkan karena kita menganggap sudah hapal dengan segala isinya ? Atau kita
sudah jenuh dengan segala macam aturan yang ada ? Sudah terlalu usang aturannya
sehingga tidak sesuai lagi dengan jaman sekarang ? Atau bahkan kita memakai
manual book yang lain ? Atau bahkan juga kita membuat manual book sendiri versi
kita ?
Karena kita tidak menggunakan manual
book yang semestinya, bagaimana kalau Alloh SWT, sebagai “bengkel resmi”
manusia tidak menerima kita dan hanya
sekedar membuat kita bernapas saja ?
Sabtu, 10 Mei 2014
Tingkatan Sabuk Dalam KARATE
Sabuk putih. Sabuk putih (kyu 10) : melambangkan kemurnian dan kesucian.
Kemurnian dan kesucian ini merupakan kondisi dasar dari pemula untuk menerima
dan mengolah hasil latihan dari guru
masing-masing. Artinya berkembang atau tidaknya karateka ini tergantung dari
apa yang diberikan oleh senpai atau sensei mereka. Kemudian, setelah materi
atau nilai karate telah disampaikan sesuai dengan apa yang seharusnya,
selanjutnya tanggung jawab ada pada masing-masing individu.
Sabuk kuning (kyu 8). Tingkatan kedua ini melambangkan warna matahari yang
diibaratkan bahwa karateka telah melihat “hari baru” dimana dia telah mampu
memahami semangat karate, berkembang dalam karakter kepribadiannya dan juga
teknik yang telah dipelajari. Sabuk kuning juga merupakan tahapan terakhir dari
seorang “raw beginner” dan biasanya sudah mulai belajar tahapan-tahapan gerakan
kumite bahkan ada juga yg mulai turun di suatu turnamen
Sabuk hijau (kyu 6). Sabuk ini merepresentasikan warna rumput dan pepohonan.
Pemegang sabuk hijau ini sudah harus
mampu memahami dan menggali lebih dalam lagi segala sesuatu yang berkaitan
dengan karate seiring dengan bertumbuhnya semangat dan teknik gerakan yang
sudah dikuasainya. Sifat dari warna hijau ini adalah pertumbuhan dan harmoni.
Dengan demikian seorang karateka sabuk hijau diharapkan dalam proses
pertumbuhannya mulai bisa memberikan harmoni dan keseimbangan bagi lingkungan.
Sabuk biru (kyu 4). Warna sabuk ini melambangkan samudera dan langit.
Artinya karateka harus mempunyai semangat
luas seperti angkasa dan sedalam samudera. Karateka harus sudah mampu memulai
berani untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan semangat tinggi dan
berfikir bahwa proses latihan adalah sesuatu yang menyenangkan dan bisa
merasakan manfaat yang didapatkan. Karateka harus sudah bisa mengontrol emosi
dan berdisiplin.
Sabuk coklat (kyu 3-1). Warna sabuk ini dilambangkan dengan tanah. Sifat
warna ini adalah stabilitas dan bobot. Artinya seorang karateka pemegang sabuk
coklat mulai dari tingkatan kyu 3 sampai 1 harus bisa memberikan kestabilan
sikap, kemampuan yang lebih dari pemegang sabuk di bawahnya, dan juga sikap
melindungi bagi junior-juniornya. Selain itu, sikap yang harus dimiliki adalah
sikap menjejak bumi (down to earth) dan rendah hati pada sesama.
Sabuk hitam (dan). Warna hitam sendiri melambangkan keteguhan dan sikap
kepercayaan diri yang didasari pada
nilai kebaikan universal. Warna sabuk ini menjadi idaman bagi setiap karateka
untuk mendapatkannya. Namun, di balik semua prestise sabuk hitam terdapat
tanggung jawab besar dari karateka. Pada tahap ini, pemegang sabuk hitam mulai
dari Dan 1 sampai selanjutnya sebenarnya baru memasuki tahap untuk mendalami
karate yang lebih mendalam. Teknik maupun penguasaan makna hakiki dari kebaikan
nilai karate sudah harus menjadi bagian dari karateka. (penggambaran Gichin
Funakohsi).
Langganan:
Komentar (Atom)





