Forki

Forki
Karateka

Kamis, 17 April 2014

Balada Seorang Pengamen Di Atas Patas AC



Sore ini pulang kantor kucoba naik Patas AC jurusan Bekasi. Aku naik dari halte Kartika Chandra. Tumben-tumbenan ada Patas AC rute Grogol – Bekasi Timur lewat depan Kartika Chandra, harusnya dia sudah di dalam tol sejak di Tomang. Aku naik, ternyata aku satu-satunya penumpang yang berdiri disamping seorang ibu-ibu paruh baya yang membawa sebuah gitar mainan empat senar sedang berteriak-teriak lantang (kalau gak mau dibilang nyanyi). Karena ukuran senarnya sama semua, maka suara yang keluarpun yaaa….sama semua…seperti gitar anak-anakku yang di rumah.

Kulihat ibu itu pakaiannya beberapa lapis yang warnanya begitu mencolok antara lapis pertama dan lapisan lainnya. Berkacamata hitam, menggunakan ikat kepala, tingginya kurang lebih sepundakku.

Ketika aku belum mendapatkan posisi berdiri yang enak kupikir ini ibu ngamen lagunya kemana gitarnya kemana suaranyapun kemana, menuju arah masing-masing yang saling membelakangi. Nadanya nggak jelas. Intonasinya kalau digambarkan dengan sebuah grafik, nggak jelas grafiknya naik turun nggak rukaruan. Liriknyapun apalah aku nggak ngerti, apalagi dia nyanyi seperti orang lagi marah-marah.
Kudengar orang yang duduk di belakangku saling berbisik mengomentari nyanyian sang pengamen tersebut sambil cekikikan. Kupandangi berkeliling, biasanya penumpang langsung pada tidur, ini tak satu pun penumpang yang tidur. Mungkin sedang menikmati kerasnya suara si ibu atau memang karena terganggu konsentrasinya untuk tidur.

Ketika bus mulai berjalan memasuki tol dalam kota, aku mulai bisa memposisikan berdiriku dengan nyaman. Perlahan kututup telingaku, kuganti dengan nuraniku untuk mendengarkan apa yang dinyanyikan sang pengamen. Subhanallooh…!!!!…ternyata begitu dalam syair yang dibawakan ibu-ibu si pengamen tersebut.

Orangnya memang lusuh, penampilannya terkesan mengganggu pemandangan, suaranya menimbulkan polusi udara, isi syairnya bila didengarkan sepintas berupa sumpah serapah orang yang putus asa dengan hidupnya. Tapi ternyata kalau disimak dengan baik Allooh sedang memperlihatkan padaku, betapa kita tidak boleh mengabaikan fisik yang amburadul dan hanya berharap dari penampilan yang menarik belaka. Alloh seakan ingin memperlihatkan padaku salah satu bukti/aplikasi dari (QS. Al Maaidah, 5 : 100) : Katakanlah : “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allooh hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan”.
Kebanyakan yang menarik hati kita adalah penampilannya, yang kalau ditelusuri dengan keimanan bisa jadi lebih cenderung kepada buruk menurut Allooh. Sedang yang keliatan buruk dimata kita, ternyata adalah baik di mata Allooh.
Satu pelajaran lagi aku terima langsung dari Allooh dengan perantara si ibu pengamen itu.

Kucoba menyimak isi syair yang dibawakan ibu pengamen itu, ternyata isinya syarat dengan peringatan kepada kita yang masih hidup. Memang kalimatnya tidak tertata dengan baik, karena aku yakin benar bahwa si ibu pengamen itu bukanlah ahli tata bahasa Indonesia. Tapi kalau kita coba merangkainya perlahan, banyak peringatan kepada kita tentang kehidupan dunia yang menghanyutkan, tapi ternyata tidak berarti apa-apa di mata Allooh. Diingatkannya kepada seisi bis Patas AC itu untuk segera berbenah diri sebelum maut menjemput. Dikatakannya supaya kita melihat pohon rambutan yang tidak mempunyai mata padahal dia bisa melihat, pohon kelapa yang tinggi tidak mempunyai telinga padahal dia bisa mendengar, sedangkan Tuhan tidak kelihatan tapi Dia bisa melihat dan mendengar……subhanallooh…tersentuh hatiku…..

“Jangan lihat siapa yang bicara, tapi dengar apa isi pembicaraannya”.

Aku sudah tidak perduli lagi dengan lingkunganku. Aku tidak perduli apakah penumpang yang lain terganggu atau tidak dengan si ibu pengamen ini. Aku tidak perduli orang dibelakangku yang cekikikan menertawakan si ibu pengamen. Aku terus menyimak apa pesan yang disampaikan Allooh melalui ibu ini. Sampai akhirnya selesailah sudah dua buah lagu yang ‘dinyanyikan’ ibu ini.

Selesai sudah pertunjukan sesaat. Beberapa penumpang terlihat lega. Cekikikan di belakangku mulai berhenti. Tak sedikit yang memberikan uang lima ratusan kembalian ongkos Patas AC. Beberapa penumpang terlihat mulai tertidur. Sementara aku masih mencoba merenungi isi syair yang dinyanyikan si pengamen.

Aaahhh…..sore yang indah. Allooh memberikan aku hadiah yang indah. Dunia serasa semakin indah. Alhamdulillaah.

nps.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar