Sore ini pulang kantor kucoba naik Patas
AC jurusan Bekasi. Aku naik dari halte Kartika Chandra. Tumben-tumbenan ada
Patas AC rute Grogol – Bekasi Timur lewat depan Kartika Chandra, harusnya dia
sudah di dalam tol sejak di Tomang. Aku naik, ternyata aku satu-satunya
penumpang yang berdiri disamping seorang ibu-ibu paruh baya yang membawa sebuah
gitar mainan empat senar sedang berteriak-teriak lantang (kalau gak mau
dibilang nyanyi). Karena ukuran senarnya sama semua, maka suara yang keluarpun
yaaa….sama semua…seperti gitar anak-anakku yang di rumah.
Kulihat ibu itu pakaiannya beberapa lapis
yang warnanya begitu mencolok antara lapis pertama dan lapisan lainnya.
Berkacamata hitam, menggunakan ikat kepala, tingginya kurang lebih sepundakku.
Ketika aku belum
mendapatkan posisi berdiri yang enak kupikir ini ibu ngamen lagunya kemana
gitarnya kemana suaranyapun kemana, menuju arah masing-masing yang saling
membelakangi. Nadanya nggak jelas. Intonasinya kalau digambarkan dengan sebuah
grafik, nggak jelas grafiknya naik turun nggak rukaruan. Liriknyapun apalah aku
nggak ngerti, apalagi dia nyanyi seperti orang lagi marah-marah.
Kudengar orang
yang duduk di belakangku saling berbisik mengomentari nyanyian sang pengamen
tersebut sambil cekikikan. Kupandangi berkeliling, biasanya penumpang langsung
pada tidur, ini tak satu pun penumpang yang tidur. Mungkin sedang menikmati
kerasnya suara si ibu atau memang karena terganggu konsentrasinya untuk tidur.
Ketika bus mulai
berjalan memasuki tol dalam kota, aku mulai bisa memposisikan berdiriku dengan
nyaman. Perlahan kututup telingaku, kuganti dengan nuraniku untuk mendengarkan
apa yang dinyanyikan sang pengamen. Subhanallooh…!!!!…ternyata begitu dalam
syair yang dibawakan ibu-ibu si pengamen tersebut.
Orangnya memang
lusuh, penampilannya terkesan mengganggu pemandangan, suaranya menimbulkan
polusi udara, isi syairnya bila didengarkan sepintas berupa sumpah serapah
orang yang putus asa dengan hidupnya. Tapi ternyata kalau disimak dengan baik
Allooh sedang memperlihatkan padaku, betapa kita tidak boleh mengabaikan fisik
yang amburadul dan hanya berharap dari penampilan yang menarik belaka. Alloh
seakan ingin memperlihatkan padaku salah satu bukti/aplikasi dari (QS. Al
Maaidah, 5 : 100) : Katakanlah : “Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada
Allooh hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan”.
Kebanyakan yang menarik hati kita adalah
penampilannya, yang kalau ditelusuri dengan keimanan bisa jadi lebih cenderung
kepada buruk menurut Allooh. Sedang yang keliatan buruk dimata kita, ternyata
adalah baik di mata Allooh.
Satu pelajaran
lagi aku terima langsung dari Allooh dengan perantara si ibu pengamen itu.
Kucoba menyimak
isi syair yang dibawakan ibu pengamen itu, ternyata isinya syarat dengan
peringatan kepada kita yang masih hidup. Memang kalimatnya tidak tertata dengan
baik, karena aku yakin benar bahwa si ibu pengamen itu bukanlah ahli tata
bahasa Indonesia. Tapi kalau kita coba merangkainya perlahan, banyak peringatan
kepada kita tentang kehidupan dunia yang menghanyutkan, tapi ternyata tidak
berarti apa-apa di mata Allooh. Diingatkannya kepada seisi bis Patas AC itu
untuk segera berbenah diri sebelum maut menjemput. Dikatakannya supaya kita
melihat pohon rambutan yang tidak mempunyai mata padahal dia bisa melihat,
pohon kelapa yang tinggi tidak mempunyai telinga padahal dia bisa mendengar,
sedangkan Tuhan tidak kelihatan tapi Dia bisa melihat dan mendengar……subhanallooh…tersentuh
hatiku…..
“Jangan
lihat siapa yang bicara, tapi dengar apa isi pembicaraannya”.
Aku sudah tidak
perduli lagi dengan lingkunganku. Aku tidak perduli apakah penumpang yang lain
terganggu atau tidak dengan si ibu pengamen ini. Aku tidak perduli orang
dibelakangku yang cekikikan menertawakan si ibu pengamen. Aku terus menyimak
apa pesan yang disampaikan Allooh melalui ibu ini. Sampai akhirnya selesailah
sudah dua buah lagu yang ‘dinyanyikan’ ibu ini.
Selesai sudah
pertunjukan sesaat. Beberapa penumpang terlihat lega. Cekikikan di belakangku
mulai berhenti. Tak sedikit yang memberikan uang lima ratusan kembalian ongkos
Patas AC. Beberapa penumpang terlihat mulai tertidur. Sementara aku masih
mencoba merenungi isi syair yang dinyanyikan si pengamen.
Aaahhh…..sore
yang indah. Allooh memberikan aku hadiah yang indah. Dunia serasa semakin
indah. Alhamdulillaah.
nps.